Berita
Berita terkini terkait Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
Nadi Imajinasi: Menyingkap Kode Budaya Lewat Tutur Dongeng
27 November 2025 13:20
Dongeng sering kali dianggap sekadar cerita pengantar tidur bagi anak-anak. Padahal, di balik narasi tentang kancil, timun mas, atau para pahlawan legenda, tersimpan kode-kode budaya dan nilai luhur bangsa. Hari Dongeng Nasional hadir bukan hanya sebagai perayaan ceria, tetapi sebagai alarm pengingat bahwa melestarikan dongeng berarti melestarikan kebudayaan itu sendiri. Setiap tahun pada tanggal 28 November, Indonesia memperingati Hari Dongeng Nasional. Peringatan ini bukan sekadar seremoni belaka, melainkan sebuah pengingat akan kekuatan naratif yang telah membentuk peradaban. Di balik dongeng-dongeng yang kita dengar, tersimpan upaya nyata untuk melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan menjaga identitas sebagai bangsa Indonesia.
Sejarah dan Dedikasi: Mengapa 28 November?
Hari Dongeng Nasional diperingati setiap tanggal 28 November di seluruh Indonesia. Perayaannya tidak terbatas pada satu lokasi tertentu. Kegiatan mendongeng digelar di berbagai tempat, mulai dari ruang kelas, perpustakaan, taman budaya, museum, hingga ruang digital seperti media sosial dan platform webinar. Festival dongeng nasional dan daerah sering diadakan untuk merayakan momen ini, menjangkau masyarakat dari kota hingga pelosok desa. Pemilihan tanggal ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan bentuk penghormatan kepada Bapak Dongeng Indonesia, Drs. Suyadi atau yang lebih dikenal sebagai Raden Soejadi atau Pak Raden. Sosok pencipta karakter Si Unyil ini lahir pada 28 November 1932 di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Beliau wafat pada tanggal 30 Oktober 2015 dalam usia 82 tahun. Sepanjang hidupnya, Pak Raden mendedikasikan dirinya untuk dunia anak-anak, seni rupa, dan budaya bertutur. Deklarasi hari peringatan ini diprakarsai oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Forum Pendongeng Nasional pada tahun 2015. Tujuannya jelas yaitu untuk mengenang jasa Pak Raden sekaligus mengembalikan budaya mendongeng ke tengah keluarga Indonesia.

Foto 1. Pak Raden mendongeng di depan ratusan anak-anak saat berlangsungnya Festival Dongeng Indonesia di Museum Nasional, Jakarta, 2 November 2014.
Sumber: Dasril Roszandi (TEMPO), 2014
Apa itu Hari Dongeng Nasional?
Hari Dongeng Nasional adalah sebuah gerakan literasi dan budaya yang mengajak masyarakat untuk kembali menghidupkan tradisi lisan. Ini bukan sekadar hari libur atau seremonial, melainkan momen kolektif untuk menanamkan nilai-nilai moral dan imajinasi kepada generasi muda melalui cerita. Dalam konteks pelestarian budaya, hari ini menjadi momentum untuk mengangkat kembali cerita rakyat (folklore) dari berbagai daerah di Indonesia yang mulai tergerus oleh konten digital modern yang tidak terfilter. Tujuan memperingati salah satu hari besar nasional tersebut adalah untuk membangkitkan kesadaran publik tentang pentingnya dongeng sebagai sarana pendidikan karakter, penanaman nilai-nilai luhur, dan yang utama, sebagai media pelestarian budaya.
Apa itu Dongeng?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring, dongeng adalah:
- n cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh)
- n ki perkataan (berita dan sebagainya) yang bukan-bukan atau tidak benar
Secara sederhana, dongeng adalah bentuk sastra yang ceritanya merupakan hasil rekayasa imajinatif atau khayalan dan tidak benar-benar terjadi. Di Indonesia, dongeng dikenal luas sebagai cerita rakyat dengan latar belakang adat yang beragam. Dongeng, dalam berbagai bentuknya seperti mite, legenda, fabel, sage, dan cerita jenaka, merupakan salah satu pilar warisan budaya takbenda Indonesia dan salah satu bentuk dari Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yaitu tradisi lisan. Dongeng adalah prosa imajinatif dalam bentuk tradisi lisan yang diceritakan turun-temurun. Ia bukan sekadar khayalan, tetapi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral, kearifan lokal, dan identitas budaya dari berbagai macam adat di Indonesia.
Secara umum, dongeng memiliki dua fungsi utama:
- Menghibur yaitu menyajikan cerita yang menyenangkan dengan tokoh-tokoh yang unik.
- Pendidikan karakter yaitu mengajarkan nilai-nilai moral dan pewarisan budaya secara turun temurun
Dalam konteks sastra anak, dongeng berasal dari kata Sanskerta sas (mengarahkan/mengajar) dan tra (alat/sarana), yang berarti dongeng adalah alat untuk mengajar melalui bahasa yang imajinatif.
Jenis-Jenis Dongeng Apa Saja?
Terdapat beberapa jenis dongeng berdasarkan ragam bentuk dan variasi cerita:
| 1. | Fabel |
| Dongeng yang menokohkan binatang yang berperilaku seperti manusia. Contoh: Kancil dan Buaya. | |
| 2. | Legenda |
| Cerita tentang asal-usul terjadinya suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Usul Kota Surabaya, Batu Menangis. | |
| 3. | Mite (Mitos) |
| Cerita yang berkaitan dengan kepercayaan alam gaib atau benda magis. | |
| 4. | Sage |
| Kisah kepahlawanan, keberanian, atau kesaktian seseorang. | |
| 5. | Dongeng Jenaka |
| Cerita humor yang biasanya mengisahkan kebodohan atau nasib sial untuk menghibur. Contoh: Si Kabayan. |
Mengapa Dongeng Penting untuk Literasi Anak?
Dongeng adalah pintu gerbang yang sempurna untuk membangun fondasi literasi yang kuat pada Anak Usia Dini (AUD). Manfaat dongeng bagi perkembangan literasi anak sebagai berikut:
| 1. | Mengembangkan kecerdasan majemuk. |
| Dongeng merangsang setidaknya sembilan jenis kecerdasan, termasuk bahasa/verbal, logika, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis, musik, dan intuisi. | |
| 2. | Membangun kompetensi literasi awal: |
| a. Bahasa Lisan | |
| Meningkatkan kosakata (reseptif dan ekspresif), pemahaman tata bahasa | |
| tata bahasa, dan kemampuan bercerita (wacana naratif). | |
| b. Kesadaran Fonologis | |
| Membantu anak mendeteksi dan memanipulasi suara dalam kata | |
| yang merupakan keterampilan dasar untuk membaca. | |
| c. Pengetahuan Cetak | |
| Memperkenalkan konsep buku, arah baca, dan huruf. | |
| 3. | Merangsang minat baca |
|
Sebuah studi dari Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics menunjukkan anak yang rutin dibacakan dongeng mengetahui 1,4 juta kosakata lebih banyak daripada yang tidak. Ini menciptakan fondasi minat baca yang kuat. |
|
| 4. |
Membangun karakter dan emosi |
|
Dongeng membantu anak mengenali emosi, memahami resolusi konflik, dan membentuk nilai-nilai moral seperti toleransi dan harga diri |
Pelestarian Dongeng sebagai Warisan Budaya yang Hidup
Dongeng dalam berbagai bentuknya seperti mite, legenda, fabel, sage, dan cerita jenaka, merupakan salah satu pilar warisan budaya takbenda Indonesia. Seperti yang ditekankan dalam materi presentasi, dongeng adalah prosa imajinatif dalam bentuk tradisi lisan yang diceritakan turun-temurun. Ia bukan sekadar khayalan, tetapi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral, kearifan lokal, dan identitas budaya dari berbagai macam adat di Indonesia. Dongeng seperti Kancil dan Buaya atau kisah Semar dan Petruk bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur seperti kecerdikan, keberanian, kejujuran, dan persahabatan. Dalam konteks pelestarian budaya, mendongeng adalah tindakan aktif untuk menghidupkan kembali (revitalisasi) warisan leluhur agar tidak tergerus zaman.
Pelestarian kebudayaan tidak hanya berarti menyimpan artefak di museum, tetapi juga memastikan nilai-nilai dan tradisi terus hidup dalam masyarakat. Dongeng berperan sebagai media transmisi budaya yang efektif. Melalui dongeng, anak-anak dikenalkan pada:
| 1. | Nilai-nilai moral dan kemanusiaan |
| Seperti menolong yang lemah, berkata jujur, dan menghindari kesombongan. | |
| 2. | Kearifan lokal |
| Cerita rakyat sering kali sarat dengan pelajaran tentang hubungan manusia dengan alam dan sesama. | |
| 3. | Bahasa dan estetika lokal |
| Bahasa sastra dalam dongeng yang imajinatif memperkaya kosa kata dan kepekaan rasa. |
Hari Dongeng Nasional 2025 adalah pengingat akan kekuatan sebuah cerita. Dongeng adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu yang kaya budaya dengan masa depan yang cerah bagi anak-anak Indonesia. Dengan menjadikan dongeng sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga mencetak generasi penerus yang cerdas, berkarakter, mencintai literasi, dan menjaga identitas bangsa Indonesia. Mari kita duduk bersama, buka lembaran cerita, dan mulailah dengan kalimat ajaib: "Pada zaman dahulu kala...".
Kontributor : A. Juniar Firdiansyah
Kategori Berita dan Pengumuman
Berita dan Pengumuman Terkini
Hubungi Kami
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
-
Jalan Yogya-Solo Km.15, Bogem, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
-
bpk.wil10@kemenbud.go.id
-
-
-
(0274) 496019, 496419, 496413, 373241, 379308