Berita

Berita terkini terkait Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Sekilas Lahirnya Hari Ibu

22 December 2025 21:37

Hari ibu adalah moment yang sangat penting untuk mengenang dan menghargai peran ibu yang sangat besar dalam kehidupan kita, mulai dari sebagai teladan, penyejuk hati, hingga mendidik, menginspirasi dan penggerak utama dalam berbagai aktivitas. Hal ini membuat sejarah Hari Ibu memiliki makna yang sangat dalam, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Peringatan Hari Ibu atau Mother's Day di beberapa negara seperti Amerika dan lebih dari 75 negara, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong dirayakan pada Hari Minggu pekan kedua Mei. Di beberapa Negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret. 

foto kongres wanita

Foto Kongres Perempuan Indonesia Tanggal 22-25 Desember 1928 di Dalem Joyodipuran
(Foto Repro Buku Kongres Perempuan Pertama : Tinjauan Ulang karya Susan Blackburn)

Sementara itu, di Indonesia, Hari Ibu merujuk pada Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22-25 Desember 1928. Kongres ini diselenggarakan di Dalem Jayadipuran, yang merupakan kantor Eks Balai Pelestarian Nilai Budaya (saat ini sebagai Kantor Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X) di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta.  Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan. Tujuannya, yaitu mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia.

Dalem jayadipuran

Dalem Jayadipuran yang sekarang menjadi salah satu Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
Sumber : Dok. BPK Wilayah X

Di Indonesia, organisasi wanita dengan berbagai corak pergerakan dan tujuan mulai masif muncul di berbagai daerah dan provinsi telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha, Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya. Perkembangan perkumpulan-perkumpulan atau organisasi wanita di seluruh Indonesia ini sampai tahun 1928 berjumlah 50 sampai 100 perkumpulan. Dalam rangka menyambung pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia, maka dilaksanakan Kongres Indonesia Perempuan I pada tahun 1928 di Dalem Joyodipuran. Dalam kongres tersebut melahirkan beberapa hal besar yang berdampak bagi kehidupan perempuan Indonesia, yaitu:

  1. Muncul hasrat untuk membentuk organisasi yang solid dengan kehadiran "Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI)".
  2. Melahirkan tiga mosi yang merajuk pada kemajuan perempuan, seperti tuntutan penambahan sekolah rendah untuk perempuan, perbaikan aturan dalam pernikahan, perbaikan aturan mengenai dukungan janda dan anak yatim.

Setelah itu, diadakan kongres lanjutan, yaitu Kongres Perempuan II pada tahun 1935 di Jakarta, Kongres Perempuan III pada tahun 1938 di Bandung, dan Kongres Perempuan IV pada tahun 1946 di Semarang.

Pada Kongres Perempuan III yang diadakan di Bandung pada 23-27 Juli 1938, mereka membahas mengenai tuntutan persamaan hak antara pria dan wanita. Persamaan itu juga harus dilandasi oleh kodrat serta kewajiban masing-masing. Lebih lanjut, kongres ini menyetujui pula RUU tentang perkawinan modern yang disusun oleh Ny. Maria Ulfah. Dalam kongres ini pula Hari Ibu ditetapkan pada 22 Desember, yang merupakan tanggal berdirinya federasi perkumpulan wanita bernama Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI).

Kemudian Pemerintah telah meresmikan Hari Ibu tanggal 22 Desember menjadi hari perayaan nasional yang bukan hari libur. Tanggal tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Perayaan Hari Ibu bertujuan untuk menghargai jasa para perempuan atau para ibu secara keseluruhan.  Selain itu, peringatan ini juga bermaksud untuk mengingat kembali hari kebangkitan dan persatuan perjuangan kaum perempuan semasa kemerdekaan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia.

nyinden

Kegiatan Nyinden yang dilaksanakan di Dalem Jayadipuran
Sumber : Dok. BPK Wilayah X

Dalem Jayadipuran yang menjadi saksi sejarah lahirnya hari ibu, saat ini masih difungsikan menjadi ruang ekspresi budaya untuk masyarakat seperti pentas tari, workshop seni, dan acara seni budaya. Hal tersebut membuktikan eksistensi seni tradisi, menjadikannya pusat aktivitas budaya yang relevan hingga kini. 

Hari Ibu juga menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh bangsa Indonesia bahwa perempuan adalah motor penggerak keberhasilan pembangunan saat ini dan mendatang. Sampai saat ini peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember selalu diperingati dengan khidmat dan penuh makna oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Selamat Hari Ibu untuk seluruh Perempuan Hebat di Indonesia.

 

Daftar Referensi

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-8269564/perbedaan-hari-ibu-dan-mothers-day-sejarah-dan-maknanya

https://id.wikipedia.org/wiki/Perikatan_Perempuan_Indonesia 

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-singaraja/baca-artikel/16715/Memahami-Lebih-Jauh-Tentang-Sejarah-Peringatan-Hari-Ibu-di-Indonesia.html 

 

Kontributor : Asmara Dewi 

Kategori Berita dan Pengumuman
Hubungi Kami
hubungi bpcb jateng
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
  • Jalan Yogya-Solo Km.15, Bogem, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571

  • bpk.wil10@kemenbud.go.id

  • -

  • (0274) 496019, 496419, 496413, 373241, 379308

Statistik Pengunjung